Mengartikanulang Istilah Tua


Tua, dalam KBBI digolongkan sebagai kata sifat yang berarti sudah lama hidup, lanjut usia (sudah tidak muda lagi). Tua, juga diartikan sudah masak atau sampai waktunya untuk dipetik atau diunduh (tentang buah-buahan, dsb). Kata sebaliknya, muda, diartikan sebagai belum sampai setengah umur atau belum waktunya untuk dipetik (dituai, dsb).

Seseorang yang dikatakan tua biasanya memiliki bilangan umur yang banyak menurut ukuran umum. Misalkan sudah mencapai umur 50 atau 60 tahun ke atas. Atau, ketika pada diri seseorang itu telah tampak tanda-tanda ketuaan meskipun bilangan umurnya belum mencapai 50 atau 60 tahun. Tanda-tanda ketuaan itu misalnya warna rambut sudah memudar, penglihatan tidak setajam sebelumnya, berjalan tidak segesit sebelumnya, dll tanda-tanda berkurangnya fungsi tubuh. Tua, dalam gambaran ini lebih tepat untuk tua yang berarti sudah lama hidup atau lanjut usia.

Namun, jika tua yang dimaksud adalah sudah waktunya untuk diunduh (diunduh = diambil oleh Sang Mahakuasa = meninggal dunia), maka kurang tepat jika bilangan umur atau tanda-tanda ketuaan dijadikan indikator bahwa seseorang disebut tua. Akhir-akhir banyak kita dapat dalam lingkungan kita bahwa seseorang yang bilangan umurnya masih sedikit sudah diunduh oleh Sang Mahakuasa. Entah itu karena kecelakaan, sakit, atau bahkan tanpa tanda-tanda sakit sekalipun. Jika definisi tua ini yang digunakan, maka seseorang yang telah meninggal dunia, meskipun dalam usia yang muda menurut ukuran umum, maka seseorang itu dapat disebut tua.

Saya lebih suka menggabungkan dua definisi di atas untuk menggambarkan tua. Jadi, tua berarti sudah lama hidup dan/atau sudah waktunya diunduh oleh Sang Mahakuasa.

Bicara tentang waktu diunduh oleh Sang Mahakuasa, tentu ini menjadi rahasia yang Sang Mahakuasa ketika itu belum terjadi. Bisa jadi esok pagi kita diunduh. Bisa jadi pekan depan, bulan depan, tahun depan, dst. Dan karena masih menjadi rahasia Sang Mahakuasa, kita tidak bisa menyebut seseorang, atah bahkan diri kita sendiri, saat ini masih muda atau sudah tua. Kita tidak tahu sampai berapa tahun kita diberi jatah hidup oleh Sang Mahakuasa. Misalkan kita tahu jatah hidup kita. Katakanlah 60 tahun. Maka jika saat ini bilangan usia kita adalah 50 tahun, kita dapat menyebut diri kita sudah tua. Atau misalkan bilangan usia kita masih 30 tahun, kita bisa menyebut diri kita masih muda. Namun, jatah jatah hidup, sekali lagi, hanya diketahui oleh Sang Mahakuasa. Ia masih menjadi misteri.

Misteri tentang jatah hidup ini memberikan dua dampak pada kita. Pertama, kita lebih semangat menjalani hidup untuk mempersiapkan kehidupan mendatang. Atau, kedua, kita cenderung pesimistis karena toh bisa jadi esok pagi sudah tidak ada lagi di dunia ini. Maka, adalah manusia agung, Muhammad SAW, telah memberikan panduan kepada kita untuk menyipaki misteri ini. Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kami hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan Engkau mati esok pagi. Itulah pesan beliau kepada umatnya.

Dunia ini memang penuh dengan misteri. Tinggal bagaimana kita menyikapi misteri agar memberikan energi positif untuk menjadi sebaik-baiknya pribadi.

@dIeN’s

Tinggalkan Komentar, Pesan, atau Saran